Sedang Viral, Sajikan Nasi Goreng di AS, Chef asal Tulungagung Tampilkan Show

Sedang Viral, Sajikan Nasi Goreng di AS, Chef asal Tulungagung Tampilkan Show

Sedang Viral, Sajikan Nasi Goreng di AS, Chef asal Tulungagung Tampilkan Show (Radartulungagung)

KabarTulungagung.my.id - Tidak hanya seorang penyanyi atau artis yang tampil di depan penonton, ternyata chef juga bisa. Itu termasuk dilakukan Muhammad Nur Huda, pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di restoran Jepang Hibachi, di Amerika Serikat (AS). Dia menampilkan proses memasaknya secara langsung di depan pelanggan.

Tulungagung - Tidak mudah untuk memulai karir di luar negeri, apalagi bila belum memiliki kemampuan berkualitas. Namun, dengan niat dan nekat, Muhammad Nur Huda, warga Balesono, Kecamatan Ngunut, ini telah hampir tujuh tahun menjadi chef di negeri Paman Sam. Awalnya, Huda - sapaan akrabnya - tidak memiliki kemampuan dalam memasak, bahkan mengawali karir dengan menjadi tukang cuci piring di sebuah restoran di AS. Hal itu dilakukan setelah berangkat ke luar negeri pada akhir tahun 2015. Bekerja di dapur dilakoninya selama kurun waktu satu bulan saja. “Saya pernah menjadi pelayan atau waiters, tapi tidak lama. Setelah itu, saya ingin kerja masak, dan terwujud dengan bergabung di suatu restoran Jepang yang memasak di depan para pembeli. Sehingga menemani ngobrol,” ujar Huda yang dihubungi melalui telepon.

Ternyata, Huda menekuni karir menjadi chef hibachi di restoran Jepang di AS. Pekerjaan ini sedang naik daun sejak pandemi korona. Apalagi, chef hibachi harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik lantaran memasak langsung di depan pelanggan. Biasanya para tamu berjumlah 8 hingga 12 orang duduk berjejer, melihat chef masak dengan alat grill. Sebelum memasak, dia harus mengecek bahan makanan yang telah disiapkannya, setelah itu langsung memulai show di depan mata pelanggan. Semakin berpengalaman seorang chef, maka show-nya kian memukau. Apalagi, Huda sudah lebih dari lima tahun menjadi chef di tempat tersebut.


Dia mengungkapkan bahwa ia hanya khusus memasak nasi goreng yang dicampur dengan mi. Dia harus melewati training selama satu bulan untuk memasak nasi goreng dan steak dengan tingkat kematangan selera orang AS. Dengan cita rasa standar restoran, setidaknya ada lima tingkat kematangan steak yaitu rare, medium rare, medium, medium well, dan well done. Tamu akan memilih salah satu tingkat kematangan itu. Jika ada 12 tamu memesan steak dengan tingkat kematangan berbeda-beda, maka chef harus memasaknya tepat pada tingkat kematangan yang dipesan. Bahkan, semuanya harus tersaji pada rentang waktu kurang dari 10 menit. Sambil memasak, dia juga dituntut untuk menciptakan suasana riang pada lingkaran itu. Bisa dengan bercanda, bermain api seperti “volcano”, atau memberi atraksi tambahan sesuai dengan skill-nya.

“Pertama berkarir atau masih training, saya merasakan demam panggung dan pernah dikomplain. Namun, setelah saya mengetahui caranya memasak, memberi saus, sudah tidak ada yang komplain,” terangnya. Bahkan, ada pembeli langganan atau tamu reguler yang sering request kalau chef yang melayaninya harus laki-laki 34 tahun ini. Biasanya tamu reguler yang menjadi langganannya itu datang seminggu sekali atau sebulan sekali. Hal itu karena dia menampilkan keahlian masak dan komunikasi yang cukup menawan di hadapannya sehingga selalu dicari-cari. Menurut dia, makanan orang AS itu cukup dikasih garam, merica, dan saus itu sudah enak sekali bagi mereka. Dia sering mendapatkan pujian karena masakannya yang enak. Tamu tidak sungkan untuk memberinya pujian dengan kata seperti very good, delicious, excellent, perfect. Tamu yang demikian biasanya seusai makan akan memberi tips dalam jumlah lumayan. “Orang Amerika itu habis makan sering mengasih tips. Chef dan pelayan itu mengandalkan tips. Entah 20 dolar AS atau 10 dolar gitu, kalau yang perfoma bagus dikasih salam tempel. Apalagi, semua pembayaran di restoran AS memakai kartu sehingga tips berupa nontunai sebesar 10 persen,” tuturnya.

Durasi masak atau penampilan dari masak hibachi yang ditampilkan tergantung jumlah pelanggan. Jika sepuluh orang bisa sampai 40 menit, sedangkan jika hanya empat orang tidak sampai 30 menit sudah kelar. Biasanya, saat weekend ramai sehingga penampilannya cukup lama. Berbeda dengan weekday, penampilannya hanya sebentar lantaran pelanggan sedikit. Namun, dunia kuliner ternyata hanya pekerjaan Huda di AS. Lantaran ketika pulang kampong, dia akan menekuni hal lain. Dia memiliki hobi otomotif sejak duduk di bangku sekolah dan berniat mewujudkannya saat berkarir di Indonesia. “Saya tidak pernah berpikir membuka usaha kuliner atau masakan luar negeri karena takut tidak bisa bersaing. Apalagi, selera orang Indonesia dengan orang luar negeri berbeda. Maka dari itu, saya akan membuat usaha otomotif saja nanti,” pungkasnya. (*/c1/din)


Hits: 1964x

Hosting Unlimited Indonesia


BERITA MENARIK

Lagi Viral, Usai Lakukan Aksi Demo di Jakarta, 5 Kades Asal Pamekasan Alami Kecelakaan, Netizen: Ini Keinginan Rakyat