Jago Lagu

Hmmm, Mengenal Sosok CEO Cantik Charlie Javice yang Tipu JP Morgan Rp 2,6 Triliun

Hmmm, Mengenal Sosok CEO Cantik Charlie Javice yang Tipu JP Morgan Rp 2,6 Triliun

Hmmm, Mengenal Sosok CEO Cantik Charlie Javice yang Tipu JP Morgan Rp 2,6 Triliun (Jatimtimes)

KabarTulungagung.my.id - Startup Frank kini menjadi sorotan setelah melakukan penipuan terhadap bank raksasa Amerika Serikat JP Morgan.

Penipuan itu tidak main-main, dimana jumlah angka penipuannya mencapai sekitar US$175 juta atau setara dengan Rp 2,6 triliun.

Baca Juga :


Linda Pemasok Sabu Teddy Minahasa Ditangkap Polisi

Saat ini JP Morgan telah membuat laporan atas tuduhan pemalsuan data. Pemalsuan data yang dimaksud oleh JP yakni, Frank telah membuat 4,25 juta data pengguna palsu di platform-nya, padahal pengguna aslinya kurang dari 300.000 akun pelanggan.

Kebohongan itu mulai terungkap usai pihak JP Morgan mengirimkan email pemasaran ke 400.000 pelanggan Frank. 70 persen dari email yang dikirim tidak masuk sebab email itu salah. 

Lalu startup seperti apa Frank ini sehingga mampu menipu lembaga kenamaan sekelas JP Morgan sampai mau mengakuisisi perusahaan tersebut senilai US$175 juta atau setara dengan Rp 2,6 triliun tersebut? Yuk simak bersama-sama penjelasannya di bawah ini.

Frank adalah platform online yang membantu siswa di Amerika Serikat mendapatkan akses dan mengajukan permohonan bantuan keuangan dengan mudah.

Frank didirikan oleh Charlie Javice pada tahun 2016. Dikutip dari techstory, Charlie Javice adalah pengusaha muda yang tinggal di New York. Javice sempat masuk dalam daftar Forbes 30 under 30 di kategori Finance di tahun 2019, di mana daftar itu berisi 30 tokoh muda di bawah 30 tahun.

Alasan masuknya wanita lulusan Universitas Pennsylvania ini karena ia telah memgembangkan software Frank yang bertujuan mempercepat dan mempermudah proses pengajuan pinjaman mahasiswa.

Lalu untuk ide dasar Javice membentuk startup Frank ini karena Javice, ingin menghilangkan permasalahan, di mana ada banyak siswa yang gagal menyelesaikan pendaftaran untuk program bantuan federal, alhasil membuat sang siswa harus keluar dari program sebelum menyelesaikannya, sehingga membuat mereka dibebani hutang dengan tidak memiliki gelar. 


Sejak ia mendirikan Frank ini, Javice telah mengumpulkan US$ 16 juta, dan Frank telah membantu 300.000 pengguna mengajukan permohonan bantuan keuangan.

Baca Juga :

Unisma Mbalah Aswaja, Gus Kautsar Sampaikan Pentingnya Moral dalam Kehidupan

Sebelumnya, Javice pernah bekerja di Bank Amerika sebagai Head of Student Solutions di perusahaan setelah JP Morgan mengakuisisinya. Ia kemudian diberhentikan pada 2022 lalu sebab membodohi bank untuk mengakuisisi startup fintechnya seharga 175 juta dolar.

Usai JP mengakuisisi Frank, dikabarkan Javice dan Olivier Amar menerima 26 juta dolar sebagai bagian dari kesepakatan.

Javice merupakan pemalsu data yang handal, dimana ia membuat data di akun LinkedIn-nya yang menyatakan bahwa dirinya pernah belajar di sarjana bisnis dan keuangan di Wharton School of the University of Pennsylvania.

Sementara, untuk yang mendasari Javice melakukan penanaman pengguna palsu yakni setelah JPMorgan bersikeras bahwa dia harus membuktikan klaimnya atas 4 juta pengguna.

Usai melakukan penipuan data pada JP Morgan, kini operasi startup Frank telah ditutup oleh JP Morgan, begitupun dengan Javice yang sudah dipecat langsung dari jabatannya sebagai direktur pelaksana yang mengawasi Frank.


Hits: 114x


BERITA MENARIK

Tidak Disangka, Kiat BBS Malang Antarkan 2 Siswanya Jadi Juara Dunia Robotik di China